Palestina, Negeri Israk Mikraj Yang Terjajah

"Mulyadi Nurdin"

Mulyadi Nurdin

Oleh Mulyadi Nurdin, Lc

Israk mikraj adalah perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad saw dari mesjid Haram ke mesjid Aqsa. Perjalanan itu melibatkan dua tanah suci, perhatian Islam terhadap kedua tempat  suci itupun sama besar.

Kesucian mesjid Aqsa di Palestina sama dengan mesjid Haram di Mekkah, kalau mesjid Haram merupakan tempat mulai Israk, maka mesjid Aqsa tempat mulai Mikraj ke langit, sebelum kiblat dipindahkan ke Ka’bah, umat Islam menghadap ke Aqsa lebih kurang 15 tahun lamanya, dan mesjid Aqsa merupakan salah satu mesjid yang dianjurkan untuk dikunjungi, dengan pahala shalat di dalamnya 100 kali lebih baik.

Dalam surat Al-Israk yang merupakan dalil utama Israk Mikraj, hanya satu ayat yang menjelaskan tentang proses perjalanan tersebut, sedangkan 7 ayat  berikutnya berkisah tentang Bani Israil dan penguasaan mereka terhadap mesjid Aqsa, ini menandakan keterkaitan erat antara perjalanan suci tersebut dengan perkembangan Palestina.

Ayat tentang Israk Mikraj juga dapat dimaknai dari beberapa aspek yaitu ibadah, historis, dan politis. Dalam aspek ibadah ditandai dengan perintah shalat lima waktu, aspek historis adalah sejarah mesjid Aqsa pada masa dahulu dan mendatang, sedangkan pesan politis terkait hegemoni Yahudi di tanah suci tersebut.

Ini juga bermakna ketepatan prediksi (mukjizat) Al-Quran tentang peran Yahudi di Palestina. Padahal ketika Ayat itu diturunkan Palestina masih  berada di bawah jajahan Romawi, tetapi dengan sangat jelas Al-Quran memberitakan bahwa Yahudi akan menguasai tanah suci itu di masa mendatang.

Dalam ayat 6 Surat Al-Israk Allah SWT berfirman: “Kemudian kami berikan kepadamu (Bani Israil) giliran untuk mengalahkan mereka kembali, dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”.

Ayat di atas menjelaskan tentang akan kembalinya Yahudi ke mesjid Aqsa, dominasi mereka di bidang ekonomi dan jumlah penduduk yang mayoritas. Terbukti melalui perluasan pemukiman Yahudi, jumlah penduduk Yahudi di Palestina sudah 7,5 juta jiwa, sedangkan penduduk Palestina tinggal 4 juta jiwa.

Kenapa harus Palestina?

Theodore Herzl sejak 1896 bermimpi untuk mewujudkan sebuah negara bagi bangsa yahudi yang tertindas di seluruh dunia, melalui gerakan zionisme akhirnya memilih tanah palestina sebagai calon negara mereka, pada tahun 1917 melalui Deklarasi Balfour Inggris menyetujui supaya Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina.

Kedamaian penduduk palestina mulai terusik, Yahudi mulai bermigrasi dari seluruh dunia menuju tanah ‘yang dijanjikan’ tersebut, pada tahun 1947 DK PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 181 yang membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab, pada tahun 1948 Yahudi memproklamirkan kemerdekaannya, selang beberapa menit setelah itu Amerika menyatakan pengakuannya terhadap Israel.

Persoalannya kalau memang AS dan Inggris ingin menyelamatkan Yahudi dari penindasan kenapa harus dimigrasi ke Palestina, kenapa tidak dibawa saja ke benua Amerika yang lebih luas, atau ke negara kosong lain seperti bekas jajahan Inggris, sehingga tidak menimbulkan konflik berkepanjangan?

Kalau Yahudi mengklaim Palestina sebagai tanah leluhur mereka juga tidak logis, karena 3000 tahun sebelum kerajaan Bani Israil (nabi Daud as) berkuasa di Palestina, bangsa Arab telah lebih dulu membangun Al-Quds. Menurut Dr. Muhammad Imarah dalam bukuya, Fiqh al-Muwâjahah baina al-Gharb wa al-Islam, bahwa sejarah panjang Palestina merujuk pada suku Yabûsiyyûn, suku arab terakhir yang membangun kota Al-Quds tahun 4000 SM, atau 3000 tahun sebelum munculnya Yahudi.

Eksistensi Yahudi pada masa kerajaan nabi Daud as dan Sulaiman as juga tidak bertahan lama, pada abad ke 8 SM Dinasti Assuria (Irak) menguasai Palestina, selanjutnya silih berganti negara lainnya menguasai tanah tersebut, dan yang terakhir direbut oleh Umar Bin Khattab dari tangan Romawi pada tahun 634 M, sekaligus menjadi pertanda Palestina kembali ke pangkuan Arab di bawah naungan Islam, walau sempat pindah tangan pada era perang Salib (1099 M – 1187 M), Shalahuddin Al- Ayyubi berhasil merebutnya kembali.

Bagi Yahudi tahun 1948 merupakan hari kemenangan karena negara Israel diproklamirkan, secara politik ini juga bisa bermakna penguasaan mereka untuk kedua kalinya atas tanah palestina sejak 3000 tahun silam. Ini pula yang dijanjikan dalam Al-Quran bahwa mereka akan kembali lagi. “Dan sekiranya kamu (Bani Israil) kembali, niscaya Kami juga akan kembali” (Al-Israk ayat 8).

Penelusuran makna ayat di atas dalam kitab tafsir yang ada belumlah memuaskan, karena ayat-ayat ‘masa depan’ seperti itu baru dapat dipahami dengan akurat ketika peristiwa itu benar-benar terjadi, sehingga para mufassir terdahulu ‘mentakwil’ makna ayat tersebut, tidak dalam pengertian politik tetapi dalam makna ibadah.

Untuk memahami supaya lebih mendekati realita saya mencoba membandingkan beberapa tafsir, terjemahan, dan kajian bahasa Arab, hal ini juga lazimnya terjadi dalam beberapa ayat sains yang baru dapat dipahami di zaman modern sekarang ini.

Ayat di atas juga memberikan kabar gembira bagi umat Islam, bahwa jika Yahudi kembali ke mesjid Aqsa maka Allah swt juga akan ‘kembali’ dengan mengirim orang yang akan menaklukkan mereka.

“Dan apabila datang janji yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu (Israil), dan mereka masuk ke dalam mesjid (Aqsa), sebagaimana  memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka (Israil) kuasai (karena kesombongan). (al-Israk ayat 7).

Ini  juga sejalan dengan sebuah hadits Nabi Muhammad saw: “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi  Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga jika Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, batu dan pohon akan berkata: Hai muslim, hai hamba Allah, Ini Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia. Kecuali pohon gharqad (yang tidak akan berbicara), karena ia adalah pohon orang Yahudi.” (HR. Muslim VII/188, Bukhari IV/51, Lu’lu’ wa al-Marjan III/308).

Ayat dan hadits sangat singkron dalam hal ini, keduanya bercerita tentang masa depan terkait adanya pertempuran antara umat Islam dan yahudi, logikanya kalau Yahudi masih berpencar di seluruh pelosok dunia bagaimana perang itu akan terjadi. Berkumpulnya Yahudi di satu tempat (Palestina) merupakan salah satu mukjizat keakuratan dari ayat dan hadits tersebut.

Selanjutnya fenomena pohon gharqad yang banyak ditanam di Israel patut diperhatikan, apakah yahudi menanam pohon tersebut karena kebetulan atau justru karena percaya pada hadits tersebut untuk melindungi mereka kalau perang itu benar-benar terjadi, perlu tinjauan lebih lanjut.

Karena kisah Yahudi dan Palestina disebutkan dalam Al-Quran beriringan dengan Israk Mikraj, maka hendaklah momentum bersejarah ini dijadikan renungan oleh kita semua bahwa sebenarnya Islam memberikan perhatian yang besar terhadap kondisi Palestina saat ini.

Kuatnya lobi internasional membuat yahudi makin congkak dan angkuh sehingga resolusi PBB terkait Palestina selalu dilanggar oleh mereka, di balik itu mereka terus memperluas pemukiman yahudi hingga ke Jerusalem (wilayah mesjid Aqsa), sementara penduduk Palestina di Gaza di embargo bertahun-tahun sehingga hidup menderita.

Sebenarnya keprihatinan dunia selalu ada, tetapi sering kandas di tengah kesewenangan yahudi, misalnya missi kemanusian freedom Frotila yang membawa bantuan ke Gaza (31/5/2010) dibajak oleh Yahudi dengan sadis hingga 19 orang relawan meninggal dunia.

Lemahnya diplomasi negara-negara Arab dan Islam dalam melindungi Palestina bukan berarti negeri yang diberkati itu telah sah menjadi milik Yahudi, hendaknya Israk Mikraj menjadi inspirasi, semoga spirit Umar Bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi dapat memotivasi umat dalam membebaskannya kembali.

*Penulis adalah Pengurus MAA Aceh, Ketua IKADI Banda Aceh

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.